I. JUDUL
PERCOBAAN
“
Saliva ”
II. TUJUAN
PERCOBAAN
1. Untuk
mengetahui test musin
2. Untuk
mengetahui test senyawa anorganik saliva
3. Untuk
mengetahui test tiosianat
4. Untuk
mengetahui test pengaruh temperatur terhadap aktivitas ptyalin
5. Untuk
mengetahui test ptyalin
6. Untuk
mengetahui test penentuan pH yang cocok
untuk kerja saliva
7. Untuk
mengetahui efek senyawa yang menghambat/menghancurkan aktivitas bakteri pada
amilase saliva.
III. LANDASAN
TEORI
Getah saliva
dihasilkan oleh kelenjer ludah yang terdapat dalam rongga mulut, yang
mengandung air sekitar 99,5%. Zat padat yang terdapat dalam saliva diantaranya
ptyalin (amylase), musin (suatu glikoprotein) dan sejumlah senyawa-senyawa yang
juga terdapat dalam darah dan urin seperti amoniak, asam-asam amino, urea, asam
urat, kolesterol, serta kation (Ca2+, Na+, K+,
Mg2+), dan anion seperti PO43-, Cl-,
dan HCO3-, pH sekitar 6,8 (Tim Dosen Biokimia, 2010: 5).
Ludah atau
saliva memiliki peranan yang sangat besar dalam rongga mulut. Secara garis
besar fungsi saliva atau ludah ada 5 yaitu:
1. Perlindungan
permukaan tubuh
2. Pengaturan
kandungan air
3. Anti
virus dan produk metabolisme
4. Pencernaan makanan dan pengecap
5. Diferensiasi
dan pertumbuhan sel
(Anonim,
2009).
Saliva juga mengandung amylase, atau
enzim pencernaan pati, yang mengkatalisis hidrolisis pati menjadi gula maltose.
Amylase ini sering disebut ptyalin, meskipun menurut kaidah untuk menamai
enzim, nama amylase saliva telah diutamakan. Anda dengan mudah dapat
memperagakan aksi amylase dengan mengunyah kue yang tak manis. Tak lama
kemudian, rasa manis akan terasa nyata. Saliva hanyalah merupakan sekresi yang
pertama dari sejumlah sekresi yang mengalir ke dalam saluran pencernaan dan
membantu pencernaan. Pada setiap kasus, sekresi-sekresi ini dibuat dalam
struktur pelengkap yang disebut kelenjer. Suatu duktus mengalirkan sekresi dari
kelenjer ke saluran pencernaan. Permukaan dalam dari setiap kelenjer
berhubungan dengan permukaan dalam dari duktusnya dan juga dengan permukaan
dalam dari saluran pencernaan. Sebenarnya, semua kelenjer pencernaan dibentuk
selama perkembangan embrio, dari kelipatan keluar saluran pencernaan (Kimball,
1983: 444-445).
Air liur atau saliva sebagian besar
diproduksi oleh tiga kelenjer utama yakni kelenjer parotis, kelenjer
sublingual, dan kelenjer submandibula. Volume air liur yang diproduksi bervariasi
yaitu 0,5 – 1,5 liter perhari tergantung pada tingkat perangsangannya. Air liur
atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama
yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amilase) yang merupakan
enzim untuk mencernakan karbohidrat dan sekresi mucus yang mengandung musin
untuk tujuan pelumasan atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan
oleh kelenjer parotis. Cairan tipe mucus itu disekresikan atau dikeluarkan
setiap detik sepanjang waktu kecuali saat tidur yang produksinya lebih sedikit.
Dalam hal pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat.
Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebagian kecil dalam mulut oleh
enzim ptyalin. Enzim dalam air liur itu memecah tepung (amilum) menjadi
disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya (Anonim, 2009).
Saliva adalah cairan yang lebih
kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar 1 – 1,5 saliva dikeluarkan oleh
kelenjer saliva. Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion-ion
Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-,
Cl-, HCO3-, SO42-, dan
zat-zat organic seperti musin dan enzim amylase atau ptyalin. Musin suatu
glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjer sublingual dan kelenjer submandibular, sedangkan
ptyalin dikeluarkan oleh kelenjer parotid. Saliva mempunyai pH antara 5,75
sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva adalah sedikit di bawah 7. Enzim ptyalin
dalam saliva adalah suatu enzim amylase, yang berfungsi untuk memecah molekul
amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis. Proses ini berjalan lebih baik
apabila makanan dikunyah lebih halus. Enzim ptyalin bekerja secara optimal pada
pH 6,6. Disamping itu, karena musin adalah suatu zat yang kental dan licin,
maka saliva mempunyai fungsi untuk membasahi makanan dan sebagai pelumas yang
memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan. Dalam lambung enzim ini hanya
dapat bertahan selama 15 – 30 menit, karena cairan dalam lambung bersifat
sangat asam, yaitu mempunyai pH antara 1,6 – 2,6. Rangsangan yang menyebabkan
pengeluaran saliva dari kelenjer saliva adalah pikiran tentang makanan yang
disenangi, adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan
sehingga menimbulkan selera (Poedjiadi, 2006: 235-236).
Kuncup-kuncup cecapan terletak dalam
suatu celah yang disebut pure, tempat terkumpulnya cairan air liur (saliva).
Setiap sel cecapan, yang disebut gustatori, berbentuk lonjong dengan ujungnya
berupa rambut-rambut mikrovilus yang mencuak ke ruang pure. Agar suatu senyawa
dapat dikenal rasanya, senyawa tersebut harus dapat larut dalam air liur
sehingga dapat mengadakan hubungan dengan mikrovilus dan impuls yang terberntuk
dikirim melalui syaraf ke pusat susunan saraf. Manis dan asin paling banyak
dideteksi oleh kuncup pada ujung lidah, kuncup pada sisi lidah paling peka
asam, sedangkan kuncup di bagian pangkal lidah peka terhadap pahit (Winarno,
1984: 204).
IV. ALAT
DAN BAHAN
A. Alat
1. Tabung
reaksi dan rak tabung reaksi
2. Gelas
ukur 10 ml dan 20 ml 2 buah
3. Gelas
kimia 50 ml, 250 ml, dan 600 ml
4. Botol
semprot
5. Kaki
tiga, kasa asbes, pembakar spiritus
6. Pipet
tetes
7. Thermometer
8. Batang
pengaduk
9. Stopwatch
10. Penjepit
tabung
B. Bahan
1. Saliva 12.
Larutan BaCl2 5%
2. Aquades 13.
Larutan NH4-Oksalat 4%
3. Larutan
CH3COOH 2N dan 0,1 N 14.
Larutan pati 1%
4. Pereaksi
millon 15.
Tissue dan korek api
5. Pereaksi
benedict 16.
Larutan I2 0,01 M
6. Pereaksi
molisch 17.
Larutan NaCl 0,1 M
7. Kertas
saring 18.
Toluen
8. Larutan
HCl pekat 19.
Kloroform
9. Larutan
HgCl 1% 20.
Larutan fenol 2%
10. Larutan
AgNO3 21. NaF dan
FeCl 0,1 M
11. Larutan
HNO3 encer 22.
Larutan fenol (pH 5, 7, 9)
V. PROSEDUR
KERJA
1. Test
Musin
a. Memasukkan
5 ml saliva ke dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan
2 tetes asam asetat.
c. Memisahkan
endapan yang terbentuk dengan filtrate.
d. Menggunakan
air sebagai kontrol.
e. Menguji
endapan yang terbentuk dengan pereaksi Millon, benedict, dan molisch.
2. Test
Tiosianat
a. Menambahkan
5 tetes larutan FeCl 0,1 M pada 5 ml saliva.
b. Menambahkan
1 tetes HCl pekat pada campuran.
c. Menambahkan
5 tetes HgCl 1%.
d. Menggunakan
air sebagai kontrol.
3. Test
penyusun senyawa anorganik saliva
a. Memasukkan
15 ml saliva ke dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan
asam asetat 2M setetes demi setetes sampai campuran keruh atau terbentuk
endapan.
c. Memanaskan
sampai mendidih dan menyaringnya.
d. Memeriksa
filtrat dengan adanya Cl-, PO43-, SO42-,
dan Ca2+.
e. Untuk
ion Cl-, mengasamkan 3 ml filtrat dengan HNO3 encer lalu
menambahkan dengan 1 ml pereaksi ammonium molibdat dan dipanaskan.
f. Untuk
ion SO42-, mengasamkan 3 ml filtrat dengan HNO3
encer dan menambahkan 1 ml larutan BaCl2 5%.
g. Untuk
ion Ca2+, menambahkan 1 ml larutan NH4- oksalat 4% ke
dalam 3 ml filtrat.
4. Test
pengaruh temperatur terhadap aktivitas ptyalin
a. Memasukkan
5 ml larutan pati pada 4 buah tabung reaksi.
b. Memasukkan
tabung reaksi pertama pada air es, tabung reaksi kedua pada temperatur kamar,
tabung reaksi ketiga pada suhu 38oC dan tabung reaksi keempat pada
saliva yang telah dipanaskan selama 5 menit.
c. Dalam
setiap interval 5 menit, mengambil larutan dan menetesi dengan 2 tetes larutan
I2 0,01 M.
5. Test
estimasi ptyalin
a. Menambahkan
2 ml larutan NaCl 0,1 M ke dalam 10 ml saliva.
b. Menempatkan
dalam penangas air dengan suhu 38oC.
c. Menyiapkan
8 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 3 ml air dan 3 tetes larutan I2
0,01 m.
d. Menambahkan
1 ml saliva yang telah diencerkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pati.
e. Mengambil
campuran pati saliva lalu menambahkan dengan 2 tetes ke dalam tabung yang
berisi larutan I2 dengan selang waktu 30 menit.
6. Test
penentuan pH yang cocok untuk kerja saliva
a. Menyiapkan
larutan buffer dengan pH= 5, pH= 7, pH = 9, lalu menambahkan dengan 5 ml pati
1%, 2 ml NaCl 0,1 M dan 2 ml saliva encer (1:9).
b. Menempatkan
tabung reaksi dalam penangas air dengan suhu 38oC.
c. Menambahkan
I2 dan asam asetat.
7. Efek
senyawa yang menghambat / menghancurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva
a. Mengencerkan
2 ml saliva dengan 8 ml air dan mengaduknya dengan baik.
b. Menambahkan
1 ml saliva cair ke dalam masing-masing 7 tabung reaksi.
c. Ke
dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes toluen pada tabung I, 5
tetes kloroform pada tabung II, 5 tetes larutan HgCl 1% pada tabung III, 5
tetes larutan fenol pada tabung IV, 0,5 mg NaF pada tabung V, dan 5 tetes air
pada tabung VI.
d. Membiarkan
selama 10 menit dengan sewaktu-waktu dikocok.
e. Menambahkan
masing-masing 5 ml larutan pati 1% ke dalam tabung-tabung reaksi tersebut.
f. Menempatkan
semua tabung tersebut dalam penangas air dengan suhu 38oC selama 15
menit.
g. Membagi
isi masing-masing tabung menjadi 2 bagian dan menambahkan larutan I2 ke
dalam bagian pertama, sedangkan pada bagian kedua ditambahkan pereaksi
benedict.
h. Mencatat
hasil pengamatan pada setiap tabung.
VI. HASIL PENGAMATAN
1. Test
Musin
5 ml saliva + 2
tetes CH3COOH 0,1 M
larutan keruh disaring bening (dibagi 3)
• larutan
(campuran) + pereaksi Millon
larutan keruh + endapan.
•larutan
(campuran) + pereaksi benedict
larutan biru.
•larutan
pembanding (bening).
2. Test
Tiosianat
1 ml saliva+ 1
tetes HCl pekat bening + 5 tetes
lar. FeCl 0,1 M merah +
5 tetes HgCl 1% agak
kekuningan (merah hilang).
3. Test
Penyusun Senyawa Anorganik Saliva
15 ml saliva +
asam asetat tetes demi tetes
keruh dan terdapat endapan dipanaskan bening.
•
Untuk ion Cl-
Cl- +
HNO3 encer bening +
AgNO3 0,5 M beberapa tetes keruh.
•
Untuk ion PO43-
PO43-
+ HNO3 encer
bening + 1 ml pereaksi ammonium molibdat
Kuning
dipanaskan kuning.
•
Untuk SO42-
SO42-
+ HNO3 encer
bening + 1 ml BaCl2 5% bening.
• Untuk Ca2+
+ 1 ml NH4-Oksalat 4%
bening, tidak ada endapan.
4. Tes
Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Ptialin
5 ml pati 1% +
saliva encer (1:9) bening
Larutan
bening dibagi 4:
Tabung I = suhu
kamar + beberapa tetes lar. Iod biru
Tabung II =
dipanaskan + beberapa tetes lar. Iod biru
Tabung III =
suhu 38oC + beberapa tetes
lar. Iod biru
Tabung IV = air
es + beberapa tetes lar. Iod biru
Tabung
I = berwarna merah (>)
Tabung
II = >>
Tabung
III = >>>
Tabung
IV = >>>>
II
> I > III > IV (tingkat intensitas warna merah pekat ke merah pudar).
5. Tes
Estimasi Ptialin
10 ml lar. Pati
1% + 2 ml lar. NaCl 0,1 M
putih keruh 38C
tetap
3 tetes I2
+ 3 ml H2O (I-VIII)
merah + 1 ml saliva (30 detik)
Gelap.
6. Tes
Penentuan pH yang Cocok untuk Kerja Saliva
10 ml lar.
Buffer + 5 ml lar. Pati 1% + 2 ml NaCl 0,1 M lar. bening.
• pH 5 +
campuran larutan
bening dipanaskan tetap
• pH 7 +
campuran larutan
bening dipanaskan tetap
• pH 9 +
campuran larutan bening dipanaskan
tetap
7. Efek
Senyawa yang Menghambat / Menghancurkan Aktivitas Bakteri pada Amilase Saliva
8 ml H2O
+ 2 ml saliva lar.
bening dibagi 5
• lar. saliva
encer + 5 tetes toluen (bening) 10
menit + 5 ml lar. pati 1% 38 C
Lar. bening dibagi 2 diuji a. benedict lar. biru
b. iod coklat
• lar. saliva
encer + 5 tetes CHCl3 10 menit 5 ml lar. pati 1% dipanaskan 15 menit
Lar. bening dibagi 2 diuji a. benedict lar. biru
b. iod coklat
• lar. saliva
encer + 5 tetes fenol 5% 10 menit 5 ml lar. pati 1% dipanaskan 15 menit
Lar. bening dibagi 2 diuji a. benedict lar. biru
b. iod coklat
• lar. saliva
encer + 5 tetes HgCl2 1% 10 menit 5 ml lar. pati 1% dipanaskan 15 menit
Lar. bening dibagi 2 diuji a. benedict lar. biru
b. iod biru tua (keruh)
• lar. saliva
encer + 0,5 g NaF (pasir) 10 menit
5 ml lar. pati 1% dipanaskan
15 menit
Lar. bening dibagi 2 diuji a. benedict lar. biru
b. iod coklat
• lar. saliva
encer + 5 tetes H2O 10
menit 5 ml lar. pati 1% dipanaskan 15 menit
Lar. bening dibagi 2 diuji a. benedict lar. biru
b. iod coklat
VII. PEMBAHASAN
1. Test
Musin
Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui adanya musin dalam saliva. Dimana pereaksi yang
digunakan adalah pereaksi millon, pereaksi benedict, pereaksi molisch, dan air
sebagai kontrol. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengendapkan saliva
dengan asam asetat encer. Kemudian diuji dengan pereaksi millon dan pereaksi benedict. Uji millon bertujuan untuk
mengetahui adanya protein dan uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Hal ini dilakukan karena musin merupakan suatu senyawa
glikoprotein (karbohidrat dan protein).
Pada percobaan ini, uji
millon dan uji benedict memberikan hasil yang positif dimana pada uji Millon
ditandai dengan terbentuknya larutan keruh dan terdapat endapan. Sedangkan uji
benedict ditandai dengan terbentuknya larutan biru. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam saliva yang digunakan terdapat protein dan karbohidrat. Reaksi yang
terjadi:
▪ Pereaksi
millon
HO CH2- CH- COOH +
HgNO3 HNO3 HgO CH2-
NH2
CH- COOH
+ HNO3
NH2
▪ Pereaksi benedict
CH2OH CH2OH
CH2OH
OHOH OH -H2O HO OH
C + 2 Cu2+ +
5 OH- HO
OH C=O
HO HO OH
+ Cu2O + 3 H2O
2. Test
Tiosianat
Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui adanya tiosianat dalam saliva. Di mana ion tiosianat
dapat ditemukan dalam saliva yang merupakan hasil reaksi antara sianida sebagai
hasil pemecahan protein dengan senyawa belerang dalam hati. Pada percobaan ini,
saliva ditambahkan HCl pekat kemudian FeCl 0,1 M untuk menghilangkan adanya ion
PO43- sehingga terbentuk FePO4. Kemudian
direaksikan dengan HgCl 1% yang akan membentuk Hg (II) tiosianat yang tidak
berwarna. Pada percobaan ini, tidak membuktikan adanya tiosianat dalam saliva
karena tidak terbentuk larutan merah (justru warna merah hilang) tetapi warna
kekuningan. Reaksi yang terjadi:
4 Fe (SCN)3
+ 3 Hg2+ 3 Hg
(SCN)42- + 4 Fe3+
(tak berwarna)
3. Test
Penyusun Senyawa Anorganik Saliva
Pada percobaan
ini, dapat diketahui kandungan dalam saliva yaitu Cl-, SO42-,
Ca2+, dan PO43-. Pengujian senyawa anorganik
ini dilakukan dengan pengujian ion Cl-, SO42-,
Ca2+, dan PO43-. Hal pertama yang dilakukan
adalah menambahkan asam asetat ke dalam saliva hingga terbentuk endapan.
Kemudian endapan disaring dan filtratnya diambil untuk pengujian:
a. Uji ion Cl-
Filtrat
ditambahkan dengan HNO3 encer untuk diasamkan, lalu ditambahkan AgNO3
yang berfungsi untuk mengidentifikasi adanya ion Cl- yang ditandai
dengan adanya endapan putih (AgCl). Pada percobaan ini, ternyata tidak
diperoleh endapan namun hanya larutan yang keruh. Hal ini tidak sesuai dengan
teori dimana adanya ion Cl- ditandai dengan terbentuknya endapan.
Reaksi yang terjadi:
Cl- +
AgNO3 HNO3 AgCl + NO3-
(putih)
b.
Uji ion PO43-
Percobaan ini bertujuan
untuk mengetahui adanya ion PO43-. Filtrat direaksikan
dengan HNO3 encer dan ammonium molibdat. Pada percobaan ini
menunjukkan hasil yang positif dimana hasil yang diperoleh terbentuk larutan
kuning yang menandakan adanya ino PO43- dalam saliva
tersebut. Reaksi yang terjadi:
PO43-
+ (NH4)6 MO7O24 HNO3 (NH4)3P(MO3O10)4
(kuning)
c. Uji ion SO42-
Untuk mengetahui
adanya ion SO42- maka digunakan pereaksi Barium klorida.
Dimana jika sesuai dengan teori maka terbentuk endapan putih. Pada percobaan
ini, hasil yang diperoleh adalah negatif dimana larutan yang diperoleh adalah
bening. Reaksi yang terjadi:
SO42-
+ BaCl2 HNO3 BaSO4
+ 2 Cl-
d.
Uji ion Ca2+
Untuk mengetahui
adanya ion Ca2+ maka digunakan pereaksi ammonium oksalat. Dimana
apabila sesuai teori maka akan terbentuk endapan putih. Pada perlakuan ini,
hasil yang diperoleh negative karena larutan yang dihasilkan adalah larutan
bening. Hal ini berarti tidak terdapat ion Ca2+ dalam saliva
tersebut. Reaksi yang terjadi:
Ca2+
+ (NH4)2C2O4 CaC2O4 +
2NH4+
4. Tes
Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Ptialin
Pada percobaan
ini, yaitu pengaruh suhu terhadap aktivitas ptialin dilakukan pada berbagai
temperatur yakni pada suhu kamar, suhu 38oC, air es dan saliva
panas. Masing-masing larutan pati ditempatkan pada 4 tabung reaksi dengan
temperatur yang berbeda (suhu kamar, 38oC, air es) dan pada tabung 4
digunakan saliva panas. Selanjutnya, masing-masing tabung ditambahkan larutan
iod yang menghasilkan warna biru yang merupakan reaksi kompleks I2
dan amilum dari larutan pati. Setiap 5 menit dilakukan penambahan iod dan
mengamati warna larutan yang terjadi.
Berdasarkan
pengamatan, intensitas perubahan warna dari merah pekat menjadi merah pudar
adalah tabung II, I, III, IV (saliva panas, suhu kamar, suhu 38oC,
dan air es). Hal ini yidak sesuai dengan teori dimana suhu optimum enzim adalah
38oC. Apabila berada pada suhu rendah maka enzim belum aktif dan
jika berada pada suhu tinggi, enzim akan rusak.
5. Tes
Estimasi Ptialin
Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah amilase atau ptialin yang digunakan untuk
memecah pati atau amilum. Larutan pati yang digunakan adalah larutan pati yang
direaksikan dengan NaCl yang berfungsi untuk menghambat hidrolisis pati.
Setelah itu, ditambahkan I2 yang berfungsi untuk mengidentifikasi
adanya pati di dalam larutan dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Namun,
pada percobaan yang dilakukan memberikan hasil yang negatif dimana larutan yang
diperoleh berwarna merah. Kesalahan ini mungkin disebabkan larutan I2 yang
digunakan telah tereduksi dengan zat lain (merupakan oksidator lemah).
6. Tes
Penentuan pH yang Cocok untuk Kerja Saliva
Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui pH yang cocok untuk kerja saliva. Percobaan ini
digunakan larutan buffer dengan pH 9, pH 5, dan pH 7. Masing-masing larutan
ditambahkan larutan pati dan larutan NaCl dimana NaCl ini berfungsi untuk
menghambat hidrolisis pati. Selanjutnya, ditambahkan I2 untuk
membentuk kompleks warna biru sampai keunguan. Percobaan ini dilakukan pada
suhu 38oC. Hasil yang diperoleh yaitu larutan bening, yang artinya
pati telah terpecah menjadi maltosa.
7. Efek
Senyawa yang Menghambat / Menghancurkan Aktivitas Bakteri pada Amilase Saliva
Pada percobaan
ini dilakukan pengujian terhadap beberapa senyawa yang dapat menghambat /
menghancurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva. Saliva yang telah
diencerkan ditambahkan toluen, kloroform, HgCl 1%, fenol 2%, NaF, dan H2O
yang masing-masing menghasilkan larutan bening. Setelah itu, masing-masing isi
tabung dibagi 2 dan diuji dengan pereaksi benedict dan Iod. Pada toluen,
kloroform, fenol 2%, NaF, dan H2O setelah direeaksikan dengan benedict
diperoleh larutan berwarna biru dan bagian yang lain setelah direaksikan dengan
iod menghasilkan larutan yang berwarna coklat. Sedangkan pada HgCl2
setelah direaksikan dengan pereaksi benedict menghasilkan warna biru dan
direaksikan dengan iod menghasilkan larutan berwarna biru tua (keruh). Hal ini
menandakan bahwa telah terjadi penghambatan aktivitas bakteri terhadap amilase
saliva.
VIII. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada
saliva (sampel) terkandung musin, tiosianat, dan senyawa anorganik yaitu Cl-,
PO43-, SO42-, Ca2+.
2. Saliva
bekerja pada pH optimum yaitu pH 7 dengan suhu 38oC.
3. Pada
tes estimasi ptialin, kerja enzim ptyalin, telah memecah molekul pati menjadi
maltosa dengan adanya larutan bening.
4. Senyawa
yang dapat menghambat aktivitas enzim saliva yaitu HgCl2.
B. Saran
Diharapkan agar
praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan agar hasil yang diperoleh
lebih maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Iqbalsandira. 2009. Ludah dan Saliva. Online (http://iqbalsandira.blogspot.com/2009/03/ludah-aka-saliva.html).
Diakses pada tanggal 23 November 2010.
Masenchips. 2009. Khasiat Saliva. Online (http://masenchips.com/khasiat-saliva).
Diakses pada tanggal 23 November 2010.
Kimball,
John. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:
UI-Press.
Tim Dosen Biokimia.
2010. Penuntun Praktikum Biokimia.
Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.
Winarno,
F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Test
Musin
a. Endapan
yang terbentuk yaitu musin
b. Fungsi
musin yaitu untuk membasahi dan sebagai pelumas yang memudahkan atau
memperlancar proses menelan makanan.
c. Musin
termasuk glikoprotein, protein yang mengikat gugus karbohidrat.
2. Test
Penyusun Anorganik Saliva
a. Aktivator
enzim: zat pengaktif enzim yang berperan untuk mengaktifkan enzim.
b. Aktivator
saliva terbaik yaitu Cl-
3. Test
Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Ptialin
4. Test
Estimasi Ptialin
a. Dalam
waktu 4 menit, 1 unit amylase mampu menghidrolisis pati sebanyak 10 ml menjadi
maltose.
b. NaCl
berfungsi untuk inhibitor / menghambat kerja enzim, agar dapat memperkirakan
unit amylase yang bekerja dalam 4 menit sebanyak 10 ml pati.
5. Test
penentuan pH yang Cocok untuk Kerja Saliva
a. Test
optimum saliva antara 5,75 dan 7,05 tepatnya pada pH = 6,6
b. Tabung
pH 7 harus diasamkan agar reaksi I2 dapat berlangsung karena bekerja
pada pH asam.
http://www.ziddu.com/download/19413873/saliva.docx.html
http://www.ziddu.com/download/19413873/saliva.docx.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar