Kamis, 17 Mei 2012

Laporan Biokimia


I. JUDUL PERCOBAAN
“ Saliva ”
II.    TUJUAN PERCOBAAN
1.      Untuk mengetahui test musin
2.      Untuk mengetahui test senyawa anorganik saliva
3.      Untuk mengetahui test tiosianat
4.      Untuk mengetahui test pengaruh temperatur terhadap aktivitas ptyalin
5.      Untuk mengetahui test ptyalin
6.      Untuk mengetahui test penentuan pH  yang cocok untuk kerja saliva
7.      Untuk mengetahui efek senyawa yang menghambat/menghancurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva.
 
III. LANDASAN TEORI
Getah saliva dihasilkan oleh kelenjer ludah yang terdapat dalam rongga mulut, yang mengandung air sekitar 99,5%. Zat padat yang terdapat dalam saliva diantaranya ptyalin (amylase), musin (suatu glikoprotein) dan sejumlah senyawa-senyawa yang juga terdapat dalam darah dan urin seperti amoniak, asam-asam amino, urea, asam urat, kolesterol, serta kation (Ca2+, Na+, K+, Mg2+), dan anion seperti PO43-, Cl-, dan HCO3-, pH sekitar 6,8 (Tim Dosen Biokimia, 2010: 5).
Ludah atau saliva memiliki peranan yang sangat besar dalam rongga mulut. Secara garis besar fungsi saliva atau ludah ada 5 yaitu:
1.      Perlindungan permukaan tubuh
2.      Pengaturan kandungan air
3.      Anti virus dan produk metabolisme
4.       Pencernaan makanan dan pengecap
5.      Diferensiasi dan pertumbuhan sel
(Anonim, 2009).
            Saliva juga mengandung amylase, atau enzim pencernaan pati, yang mengkatalisis hidrolisis pati menjadi gula maltose. Amylase ini sering disebut ptyalin, meskipun menurut kaidah untuk menamai enzim, nama amylase saliva telah diutamakan. Anda dengan mudah dapat memperagakan aksi amylase dengan mengunyah kue yang tak manis. Tak lama kemudian, rasa manis akan terasa nyata. Saliva hanyalah merupakan sekresi yang pertama dari sejumlah sekresi yang mengalir ke dalam saluran pencernaan dan membantu pencernaan. Pada setiap kasus, sekresi-sekresi ini dibuat dalam struktur pelengkap yang disebut kelenjer. Suatu duktus mengalirkan sekresi dari kelenjer ke saluran pencernaan. Permukaan dalam dari setiap kelenjer berhubungan dengan permukaan dalam dari duktusnya dan juga dengan permukaan dalam dari saluran pencernaan. Sebenarnya, semua kelenjer pencernaan dibentuk selama perkembangan embrio, dari kelipatan keluar saluran pencernaan (Kimball, 1983: 444-445).
            Air liur atau saliva sebagian besar diproduksi oleh tiga kelenjer utama yakni kelenjer parotis, kelenjer sublingual, dan kelenjer submandibula. Volume air liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,5 – 1,5 liter perhari tergantung pada tingkat perangsangannya. Air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin (suatu alfa amilase) yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat dan sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjer parotis. Cairan tipe mucus itu disekresikan atau dikeluarkan setiap detik sepanjang waktu kecuali saat tidur yang produksinya lebih sedikit. Dalam hal pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebagian kecil dalam mulut oleh enzim ptyalin. Enzim dalam air liur itu memecah tepung (amilum) menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya (Anonim, 2009).
            Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar 1 – 1,5 saliva dikeluarkan oleh kelenjer saliva. Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organic seperti musin dan enzim amylase atau ptyalin. Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjer sublingual dan kelenjer submandibular, sedangkan ptyalin dikeluarkan oleh kelenjer parotid. Saliva mempunyai pH antara 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva adalah sedikit di bawah 7. Enzim ptyalin dalam saliva adalah suatu enzim amylase, yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis. Proses ini berjalan lebih baik apabila makanan dikunyah lebih halus. Enzim ptyalin bekerja secara optimal pada pH 6,6. Disamping itu, karena musin adalah suatu zat yang kental dan licin, maka saliva mempunyai fungsi untuk membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan. Dalam lambung enzim ini hanya dapat bertahan selama 15 – 30 menit, karena cairan dalam lambung bersifat sangat asam, yaitu mempunyai pH antara 1,6 – 2,6. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjer saliva adalah pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera (Poedjiadi, 2006: 235-236).
            Kuncup-kuncup cecapan terletak dalam suatu celah yang disebut pure, tempat terkumpulnya cairan air liur (saliva). Setiap sel cecapan, yang disebut gustatori, berbentuk lonjong dengan ujungnya berupa rambut-rambut mikrovilus yang mencuak ke ruang pure. Agar suatu senyawa dapat dikenal rasanya, senyawa tersebut harus dapat larut dalam air liur sehingga dapat mengadakan hubungan dengan mikrovilus dan impuls yang terberntuk dikirim melalui syaraf ke pusat susunan saraf. Manis dan asin paling banyak dideteksi oleh kuncup pada ujung lidah, kuncup pada sisi lidah paling peka asam, sedangkan kuncup di bagian pangkal lidah peka terhadap pahit (Winarno, 1984: 204).
  


IV. ALAT DAN BAHAN
A.    Alat
1.      Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
2.      Gelas ukur 10 ml dan 20 ml 2 buah
3.      Gelas kimia 50 ml, 250 ml, dan 600 ml
4.      Botol semprot
5.      Kaki tiga, kasa asbes, pembakar spiritus
6.      Pipet tetes
7.      Thermometer
8.      Batang pengaduk
9.      Stopwatch
10.  Penjepit tabung

B.     Bahan
1.      Saliva                                                        12. Larutan BaCl2 5%
2.      Aquades                                                    13. Larutan NH4-Oksalat 4%
3.      Larutan CH3COOH 2N dan 0,1 N           14. Larutan pati 1%
4.      Pereaksi millon                                          15. Tissue dan korek api
5.      Pereaksi benedict                                      16. Larutan I2 0,01 M
6.      Pereaksi molisch                                        17. Larutan NaCl 0,1 M
7.      Kertas saring                                             18. Toluen
8.      Larutan HCl pekat                                                19. Kloroform
9.      Larutan HgCl 1%                                      20. Larutan fenol 2%
10.  Larutan AgNO3                                          21. NaF dan FeCl 0,1 M
11.  Larutan HNO3 encer                                 22. Larutan fenol (pH 5, 7, 9)

V.    PROSEDUR KERJA
1.      Test Musin
a.       Memasukkan 5 ml saliva ke dalam tabung reaksi.
b.      Menambahkan 2 tetes asam asetat.
c.       Memisahkan endapan yang terbentuk dengan filtrate.
d.      Menggunakan air sebagai kontrol.
e.       Menguji endapan yang terbentuk dengan pereaksi Millon, benedict, dan molisch.
2.      Test Tiosianat
a.       Menambahkan 5 tetes larutan FeCl 0,1 M pada 5 ml saliva.
b.      Menambahkan 1 tetes HCl pekat pada campuran.
c.       Menambahkan 5 tetes HgCl 1%.
d.      Menggunakan air sebagai kontrol.
3.      Test penyusun senyawa anorganik saliva
a.       Memasukkan 15 ml saliva ke dalam tabung reaksi.
b.      Menambahkan asam asetat 2M setetes demi setetes sampai campuran keruh atau terbentuk endapan.
c.       Memanaskan sampai mendidih dan menyaringnya.
d.      Memeriksa filtrat dengan adanya Cl-, PO43-, SO42-, dan Ca2+.
e.       Untuk ion Cl-, mengasamkan 3 ml filtrat dengan HNO3 encer lalu menambahkan dengan 1 ml pereaksi ammonium molibdat dan dipanaskan.
f.       Untuk ion SO42-, mengasamkan 3 ml filtrat dengan HNO3 encer dan menambahkan 1 ml larutan BaCl2 5%.
g.      Untuk ion Ca2+, menambahkan 1 ml larutan NH4- oksalat 4% ke dalam 3 ml filtrat.
4.      Test pengaruh temperatur terhadap aktivitas ptyalin
a.       Memasukkan 5 ml larutan pati pada 4 buah tabung reaksi.
b.      Memasukkan tabung reaksi pertama pada air es, tabung reaksi kedua pada temperatur kamar, tabung reaksi ketiga pada suhu 38oC dan tabung reaksi keempat pada saliva yang telah dipanaskan selama 5 menit.
c.       Dalam setiap interval 5 menit, mengambil larutan dan menetesi dengan 2 tetes larutan I2 0,01 M.
5.      Test estimasi ptyalin
a.       Menambahkan 2 ml larutan NaCl 0,1 M ke dalam 10 ml saliva.
b.      Menempatkan dalam penangas air dengan suhu 38oC.
c.       Menyiapkan 8 buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 3 ml air dan 3 tetes larutan I2 0,01 m.
d.      Menambahkan 1 ml saliva yang telah diencerkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pati.
e.       Mengambil campuran pati saliva lalu menambahkan dengan 2 tetes ke dalam tabung yang berisi larutan I2 dengan selang waktu 30 menit.
6.      Test penentuan pH yang cocok untuk kerja saliva
a.       Menyiapkan larutan buffer dengan pH= 5, pH= 7, pH = 9, lalu menambahkan dengan 5 ml pati 1%, 2 ml NaCl 0,1 M dan 2 ml saliva encer (1:9).
b.      Menempatkan tabung reaksi dalam penangas air dengan suhu 38oC.
c.       Menambahkan I2 dan asam asetat.
7.      Efek senyawa yang menghambat / menghancurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva
a.       Mengencerkan 2 ml saliva dengan 8 ml air dan mengaduknya dengan baik.
b.      Menambahkan 1 ml saliva cair ke dalam masing-masing 7 tabung reaksi.
c.       Ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes toluen pada tabung I, 5 tetes kloroform pada tabung II, 5 tetes larutan HgCl 1% pada tabung III, 5 tetes larutan fenol pada tabung IV, 0,5 mg NaF pada tabung V, dan 5 tetes air pada tabung VI.
d.      Membiarkan selama 10 menit dengan sewaktu-waktu dikocok.
e.       Menambahkan masing-masing 5 ml larutan pati 1% ke dalam tabung-tabung reaksi tersebut.
f.       Menempatkan semua tabung tersebut dalam penangas air dengan suhu 38oC selama 15 menit.
g.      Membagi isi masing-masing tabung menjadi 2 bagian dan menambahkan larutan I2 ke dalam bagian pertama, sedangkan pada bagian kedua ditambahkan pereaksi benedict.
h.      Mencatat hasil pengamatan pada setiap tabung.

VI.  HASIL PENGAMATAN
1.      Test Musin
5 ml saliva + 2 tetes CH3COOH 0,1 M                larutan keruh     disaring     bening (dibagi 3)
• larutan (campuran) + pereaksi Millon                 larutan keruh + endapan.
•larutan (campuran) + pereaksi benedict                  larutan biru.
•larutan pembanding (bening).
2.      Test Tiosianat
1 ml saliva+ 1 tetes HCl pekat         bening + 5 tetes lar. FeCl 0,1 M                  merah + 5 tetes HgCl 1%                  agak kekuningan (merah hilang).
3.      Test Penyusun Senyawa Anorganik Saliva
15 ml saliva + asam asetat tetes demi tetes                  keruh dan terdapat endapan  dipanaskan    bening.
• Untuk ion Cl-
Cl- + HNO3 encer            bening + AgNO3 0,5 M beberapa tetes                       keruh.
• Untuk ion PO43-
PO43- + HNO3 encer               bening + 1 ml pereaksi ammonium molibdat                
  Kuning  dipanaskan    kuning.
• Untuk SO42-
SO42- + HNO3 encer               bening + 1 ml BaCl2 5%                bening.
• Untuk Ca2+ + 1 ml NH4-Oksalat 4%               bening, tidak ada endapan.


4.      Tes Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Ptialin
5 ml pati 1% + saliva encer (1:9)               bening
Larutan bening dibagi 4:
Tabung I = suhu kamar + beberapa tetes lar. Iod               biru
Tabung II = dipanaskan + beberapa tetes lar. Iod               biru
Tabung III = suhu 38oC +  beberapa tetes lar. Iod               biru
Tabung IV = air es +  beberapa tetes lar. Iod               biru
Tabung I = berwarna merah (>)
Tabung II = >>
Tabung III = >>>
Tabung IV = >>>>                                        
II > I > III > IV (tingkat intensitas warna merah pekat ke merah pudar).
5.      Tes Estimasi Ptialin                                                                            
10 ml lar. Pati 1% + 2 ml lar. NaCl 0,1 M               putih keruh    38C       tetap
3 tetes I2 + 3 ml H2O (I-VIII)               merah + 1 ml saliva (30 detik)             
Gelap.
6.      Tes Penentuan pH yang Cocok untuk Kerja Saliva
10 ml lar. Buffer + 5 ml lar. Pati 1% + 2 ml NaCl 0,1 M                lar. bening.
• pH 5 + campuran larutan               bening  dipanaskan    tetap
• pH 7 + campuran larutan               bening  dipanaskan     tetap
• pH 9 + campuran larutan               bening  dipanaskan     tetap
7.      Efek Senyawa yang Menghambat / Menghancurkan Aktivitas Bakteri pada Amilase Saliva
8 ml H2O + 2 ml saliva                lar. bening                dibagi 5
• lar. saliva encer + 5 tetes toluen (bening)  10 menit    + 5 ml lar. pati 1%    38 C    
  Lar. bening                dibagi 2   diuji     a. benedict             lar. biru
                                                              b. iod             coklat
• lar. saliva encer + 5 tetes CHCl3 10 menit     5 ml lar. pati 1%   dipanaskan 15 menit    
  Lar. bening             dibagi 2    diuji    a. benedict             lar. biru
                                                         b. iod             coklat
• lar. saliva encer + 5 tetes fenol 5%   10 menit     5 ml lar. pati 1% dipanaskan 15 menit
  Lar. bening             dibagi 2    diuji    a. benedict             lar. biru
                                                           b. iod             coklat
• lar. saliva encer + 5 tetes HgCl2 1%   10 menit    5 ml lar. pati 1% dipanaskan 15 menit
  Lar. bening             dibagi 2    diuji    a. benedict             lar. biru
                                                           b. iod             biru tua (keruh)
• lar. saliva encer + 0,5 g NaF (pasir) 10 menit      5 ml lar. pati 1% dipanaskan 15 menit
  Lar. bening             dibagi 2    diuji    a. benedict             lar. biru
                                                           b. iod             coklat
• lar. saliva encer + 5 tetes H2O  10 menit      5 ml lar. pati 1% dipanaskan 15 menit
  Lar. bening             dibagi 2    diuji    a. benedict             lar. biru
                                                           b. iod             coklat
             

VII. PEMBAHASAN
1.      Test Musin
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya musin dalam saliva. Dimana pereaksi yang digunakan adalah pereaksi millon, pereaksi benedict, pereaksi molisch, dan air sebagai kontrol. Pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengendapkan saliva dengan asam asetat encer. Kemudian diuji dengan pereaksi millon dan  pereaksi benedict. Uji millon bertujuan untuk mengetahui adanya protein dan uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya karbohidrat. Hal ini dilakukan karena musin merupakan suatu senyawa glikoprotein (karbohidrat dan protein).
Pada percobaan ini, uji millon dan uji benedict memberikan hasil yang positif dimana pada uji Millon ditandai dengan terbentuknya larutan keruh dan terdapat endapan. Sedangkan uji benedict ditandai dengan terbentuknya larutan biru. Hal ini menunjukkan bahwa dalam saliva yang digunakan terdapat protein dan karbohidrat. Reaksi yang terjadi:
▪ Pereaksi millon
   HO                   CH2- CH- COOH + HgNO3   HNO3   HgO                    CH2-
          NH2                                        CH- COOH + HNO3
                                                                        NH2
▪ Pereaksi benedict         
    CH2OH                                 CH2OH                                                                    CH2OH
OHOH       OH     -H2O   HO  OH        C  + 2 Cu2+ +  5 OH-               HO    OH        C=O
        HO                                        HO                                                                                 OH
                                                                                                          + Cu2O    + 3 H2O
2.      Test Tiosianat
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya tiosianat dalam saliva. Di mana ion tiosianat dapat ditemukan dalam saliva yang merupakan hasil reaksi antara sianida sebagai hasil pemecahan protein dengan senyawa belerang dalam hati. Pada percobaan ini, saliva ditambahkan HCl pekat kemudian FeCl 0,1 M untuk menghilangkan adanya ion PO43- sehingga terbentuk FePO4. Kemudian direaksikan dengan HgCl 1% yang akan membentuk Hg (II) tiosianat yang tidak berwarna. Pada percobaan ini, tidak membuktikan adanya tiosianat dalam saliva karena tidak terbentuk larutan merah (justru warna merah hilang) tetapi warna kekuningan. Reaksi yang terjadi:
4 Fe (SCN)3 + 3 Hg2+              3 Hg (SCN)42- + 4 Fe3+
                                                                     (tak berwarna) 
3.      Test Penyusun Senyawa Anorganik Saliva
Pada percobaan ini, dapat diketahui kandungan dalam saliva yaitu Cl-, SO42-, Ca2+, dan PO43-. Pengujian senyawa anorganik ini dilakukan dengan pengujian ion Cl-, SO42-, Ca2+, dan PO43-. Hal pertama yang dilakukan adalah menambahkan asam asetat ke dalam saliva hingga terbentuk endapan. Kemudian endapan disaring dan filtratnya diambil untuk pengujian:
a.     Uji ion Cl-
Filtrat ditambahkan dengan HNO3 encer untuk diasamkan, lalu ditambahkan AgNO3 yang berfungsi untuk mengidentifikasi adanya ion Cl- yang ditandai dengan adanya endapan putih (AgCl). Pada percobaan ini, ternyata tidak diperoleh endapan namun hanya larutan yang keruh. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana adanya ion Cl- ditandai dengan terbentuknya endapan. Reaksi yang terjadi:
Cl- + AgNO3    HNO3           AgCl + NO3-
                                                        (putih)
b. Uji ion PO43-
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya ion PO43-. Filtrat direaksikan dengan HNO3 encer dan ammonium molibdat. Pada percobaan ini menunjukkan hasil yang positif dimana hasil yang diperoleh terbentuk larutan kuning yang menandakan adanya ino PO43- dalam saliva tersebut. Reaksi yang terjadi:
PO43- + (NH4)6 MO7O24   HNO  (NH4)3P(MO3O10)4
                                                                                 (kuning)

c.  Uji ion SO42-  
Untuk mengetahui adanya ion SO42- maka digunakan pereaksi Barium klorida. Dimana jika sesuai dengan teori maka terbentuk endapan putih. Pada percobaan ini, hasil yang diperoleh adalah negatif dimana larutan yang diperoleh adalah bening. Reaksi yang terjadi:
SO42- + BaCl2    HNO3         BaSO4 + 2 Cl-

d.             Uji ion Ca2+
Untuk mengetahui adanya ion Ca2+ maka digunakan pereaksi ammonium oksalat. Dimana apabila sesuai teori maka akan terbentuk endapan putih. Pada perlakuan ini, hasil yang diperoleh negative karena larutan yang dihasilkan adalah larutan bening. Hal ini berarti tidak terdapat ion Ca2+ dalam saliva tersebut. Reaksi yang terjadi:
Ca2+ + (NH4)2C2O4               CaC2O4 + 2NH4+

4.      Tes Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Ptialin
Pada percobaan ini, yaitu pengaruh suhu terhadap aktivitas ptialin dilakukan pada berbagai temperatur yakni pada suhu kamar, suhu 38oC, air es dan saliva panas. Masing-masing larutan pati ditempatkan pada 4 tabung reaksi dengan temperatur yang berbeda (suhu kamar, 38oC, air es) dan pada tabung 4 digunakan saliva panas. Selanjutnya, masing-masing tabung ditambahkan larutan iod yang menghasilkan warna biru yang merupakan reaksi kompleks I2 dan amilum dari larutan pati. Setiap 5 menit dilakukan penambahan iod dan mengamati warna larutan yang terjadi.
Berdasarkan pengamatan, intensitas perubahan warna dari merah pekat menjadi merah pudar adalah tabung II, I, III, IV (saliva panas, suhu kamar, suhu 38oC, dan air es). Hal ini yidak sesuai dengan teori dimana suhu optimum enzim adalah 38oC. Apabila berada pada suhu rendah maka enzim belum aktif dan jika berada pada suhu tinggi, enzim akan rusak.

5.      Tes Estimasi Ptialin
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah amilase atau ptialin yang digunakan untuk memecah pati atau amilum. Larutan pati yang digunakan adalah larutan pati yang direaksikan dengan NaCl yang berfungsi untuk menghambat hidrolisis pati. Setelah itu, ditambahkan I2 yang berfungsi untuk mengidentifikasi adanya pati di dalam larutan dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Namun, pada percobaan yang dilakukan memberikan hasil yang negatif dimana larutan yang diperoleh berwarna merah. Kesalahan ini mungkin disebabkan larutan I2 yang digunakan telah tereduksi dengan zat lain (merupakan oksidator lemah).
  
6.      Tes Penentuan pH yang Cocok untuk Kerja Saliva
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pH yang cocok untuk kerja saliva. Percobaan ini digunakan larutan buffer dengan pH 9, pH 5, dan pH 7. Masing-masing larutan ditambahkan larutan pati dan larutan NaCl dimana NaCl ini berfungsi untuk menghambat hidrolisis pati. Selanjutnya, ditambahkan I2 untuk membentuk kompleks warna biru sampai keunguan. Percobaan ini dilakukan pada suhu 38oC. Hasil yang diperoleh yaitu larutan bening, yang artinya pati telah terpecah menjadi maltosa.

7.      Efek Senyawa yang Menghambat / Menghancurkan Aktivitas Bakteri pada Amilase Saliva
Pada percobaan ini dilakukan pengujian terhadap beberapa senyawa yang dapat menghambat / menghancurkan aktivitas bakteri pada amilase saliva. Saliva yang telah diencerkan ditambahkan toluen, kloroform, HgCl 1%, fenol 2%, NaF, dan H2O yang masing-masing menghasilkan larutan bening. Setelah itu, masing-masing isi tabung dibagi 2 dan diuji dengan pereaksi benedict dan Iod. Pada toluen, kloroform, fenol 2%, NaF, dan H2O setelah direeaksikan dengan benedict diperoleh larutan berwarna biru dan bagian yang lain setelah direaksikan dengan iod menghasilkan larutan yang berwarna coklat. Sedangkan pada HgCl2 setelah direaksikan dengan pereaksi benedict menghasilkan warna biru dan direaksikan dengan iod menghasilkan larutan berwarna biru tua (keruh). Hal ini menandakan bahwa telah terjadi penghambatan aktivitas bakteri terhadap amilase saliva. 


VIII.       PENUTUP    
A.    Kesimpulan
1.   Pada saliva (sampel) terkandung musin, tiosianat, dan senyawa anorganik yaitu Cl-, PO43-, SO42-, Ca2+.
2.   Saliva bekerja pada pH optimum yaitu pH 7 dengan suhu 38oC.
3.   Pada tes estimasi ptialin, kerja enzim ptyalin, telah memecah molekul pati menjadi maltosa dengan adanya larutan bening.
4.   Senyawa yang dapat menghambat aktivitas enzim saliva yaitu HgCl2.


B.     Saran
Diharapkan agar praktikan lebih teliti dalam melakukan pengamatan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.






DAFTAR PUSTAKA

Iqbalsandira. 2009. Ludah dan Saliva. Online   (http://iqbalsandira.blogspot.com/2009/03/ludah-aka-saliva.html). Diakses pada tanggal 23 November 2010.
Masenchips. 2009. Khasiat Saliva. Online (http://masenchips.com/khasiat-saliva). Diakses pada tanggal 23 November 2010.
Kimball, John. 1983. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Tim Dosen Biokimia. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.
Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.













JAWABAN PERTANYAAN

1.   Test Musin
a.       Endapan yang terbentuk yaitu musin
b.      Fungsi musin yaitu untuk membasahi dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan makanan.
c.       Musin termasuk glikoprotein, protein yang mengikat gugus karbohidrat.
2.   Test Penyusun Anorganik Saliva
a.       Aktivator enzim: zat pengaktif enzim yang berperan untuk mengaktifkan enzim.
b.      Aktivator saliva terbaik yaitu Cl- 
3.   Test Pengaruh Temperatur terhadap Aktivitas Ptialin
4.   Test Estimasi Ptialin
a.       Dalam waktu 4 menit, 1 unit amylase mampu menghidrolisis pati sebanyak 10 ml menjadi maltose.
b.      NaCl berfungsi untuk inhibitor / menghambat kerja enzim, agar dapat memperkirakan unit amylase yang bekerja dalam 4 menit sebanyak 10 ml pati.
5.   Test penentuan pH yang Cocok untuk Kerja Saliva
a.       Test optimum saliva antara 5,75 dan 7,05 tepatnya pada pH = 6,6
b.      Tabung pH 7 harus diasamkan agar reaksi I2 dapat berlangsung karena bekerja pada pH asam.


http://www.ziddu.com/download/19413873/saliva.docx.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar